Publikasi Terkini :
Home » » “Ujian Lagi, Ujian Lagi!”

“Ujian Lagi, Ujian Lagi!”

Written By Fajar CheQyu on Rabu, 16 Januari 2013 | Rabu, Januari 16, 2013


Oleh : Fajar Cahyanto, S.E.I. *


          Dan begitulah realitanya. Tidak ada satu bagian pun dari kehidupan kita kecuali ada ujian di sana. Bahkan Allah pun menciptakan kehidupan untuk sebuah ujian. Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amalan. Begitu Dia memulai awal-awal rangkaian firmannya dalam al-Mulk. Pada bagian-bagian lain firman-Nya, berkali-kali kalimat yang bermakna ujian itu pun muncul. Sebut misalnya liyabluwa ba’dhakum bi ba’dhin, liyabluwakum fi ma atakum, dan masih banyak yang lain.
          Mengapa harus ada ujian? Barangkali itulah pertanyaan yang sesekali terbersit dalam benak beberapa orang di antara kita. Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban sesungguhnya. Bagaimana tidak! Kenyataannya memang kita tidak bisa menilai sesuatu tanpa ada ujian. Sebuah produk yang akan dilempar ke pasaran harus melewati uji kualitas, sebuah obat atau makanan harus melewati uji laboratorium, begitu seterusnya.
          Wajarlah kemudian jika manusia pun diuji dengan bermacam bentuk. Satu ayat pada surat al-Mumtahanah bahkan memerintahkan orang-orang beriman untuk ngetes para wanita yang berhijrah. Ya ayyuhal ladzina amanu idza ja akumul mu’minatu muhajiratin famtahinuhun. Demikian bunyi awal ayat 10 surat tersebut. Padahal, tanpa ada “ujian” pun, Allah juga sudah sangat tahu kondisinya. Allahu a’lamu bi imanihin. Begitu lanjutan ayatnya. Tetapi, rupanya Allah menghendaki ada “ujian manusiawi” untuk membuktikannya.
          Dalam kehidupan dunia, ujian-ujian itu pun terjadi. Seorang guru akan memberikan ujian kepada murid-muridnya untuk mengetahui sejauh mana para murid tersebut menangkap pelajaran yang diberikan. Dalam dunia mafia, seorang bos tidak segan-segan memberikan ujian kepada anak buahnya untuk mengetahui kesetiannya dengan memerintahnya membunuh rekannya sendiri. Setidaknya itu yang sering kita lihat dalam film-film action. Yang terdekat dengan kita, dalam konteks sistem pendidikan di negara kita, Ujian Nasional (UN) barangkali adalah ujian bagi semua siswa, terutama yang duduk pada tingkat akhir pada masing-masing jenjang pendidikan.
          Bagaimanapun, dalam kehidupan kita, akan banyak ujian kita temui. Siapapun yang menguji, bagaimanapun bentuknya, apapun orientasinya, sebagai “peserta ujian” tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali berusaha semaksimal mungkin, sejujur mungkin untuk lulus. Tidak hanya lulus, tetapi untuk menjadi yang terbaik. Wa likullin wijhatun huwa muwalliha, fastabiqul khairat!

note : tulisan ini pertama kali dipublikasikan di majalah Husnul Khotimah
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Fajar C. Qoharuddien - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger