Publikasi Terkini :
Home » » Konspirasi Setan

Konspirasi Setan

Written By Fajar CheQyu on Kamis, 24 Januari 2013 | Kamis, Januari 24, 2013


"Bu, Arina kerasukan lagi. Dari tadi dia nangis keras jerit-jerit." Suara Mbok Minah yang terdengar dari gagang telepon mengagetkan Ranti.

"Hah? Sejak kapan?" Tanya Ranti.

"Dari tadi, Bu. Sekitar setengah jam yang lalu. Aduh… saya bingung, Bu. Saya gak tahu harus gimana lagi. Setannya gak mau keluar keluar."

"Udah panggil Pak Risman?"

"Eri udah kerumahnya, Bu. Tapi Pak Risman lagi gak ada di rumah."

"Saya segera pulang, Mbok." Ranti menyudahi percakapan.

Setelah me-lock komputernya, Ranti segera berdiri dan merapikan tas. Semua pasang mata yang ada di ruangan itu mengarah padanya. Ranti merasa tidak enak. Sejak Arina anaknya sering kerasukan, Ranti sudah beberapa kali izin pulang atau izin keluar sebentar. Rumah Ranti memang dekat dari kantor. Tapi tetap saja ada waktu yang tersita untuk urusan pribadinya.

"Izin lagi, Ran?" Tanya atasannya yang posisinya berada di kubikel di depan Ranti duduk.

"Iya Pak. Arina kerasukan lagi. Saya sebentar saja kok."

"Laporan pelanggan yang…"

"Sembilan puluh persen selesai Pak. Kalau tidak selesai sore ini, saya bersedia lembur kok. Permisi, Pak!" Ranti memotong pertanyaan atasannya. Kemudian tanpa mempedulikan izin atasannya, atau apakah masih ada yang ingin disampaikan oleh atasannya, Ranti bergegas meninggalkan ruangan menuju lantai basemen, tempat mobilnya diparkir.

*****

Sebuah mobil sedan coklat keluaran tahun 2008 meraung memasuki halaman rumah yang terletak di barisan depan komplek Perumahan Cikolong Indah. Sejenak setelah mobil itu berhenti, sebuah wanita berumur 35-an keluar dari pintu kanan depan. "Sudah telpon Haji Busthoni, mbok?" Tanya Ranti, wanita tersebut pada seorang wanita paruh baya yang sedang mendorong pagar halaman rumah, menutupnya hingga rapat.

"Sudah Bu. Tapi Pak ustadz malah bilang gak sanggup."

"Aduh gimana ini ya?" Ranti cemas bukan kepalang. Sekalipun kejadian ini bukan sekali ini terjadi.

"Gimana Bu, apa panggil Pak Peter, tetangga samping rumah?"

Ranti menggaruk dagunya. Ragu.

"Pak Peter sudah dua kali bilang sama saya, kalo dia bisa bantu menyembuhkan Arina." Sambung Mbok Minah.

"Ya sudah. Dia ada di rumah?"

"Mudah-mudahan ada, Bu. Saya tengok dulu."

Kemudian Mbok Minah membuka kembali pagar rumah yang baru saja ditutupnya, berjalan beberapa langkah, dan sesaat kemudian terdengar pintu pagar rumah tetangga diketuk.

Ranti berjalan memasuki rumah. Di ruang tengah, ada Eri, kakaknya Arina sedang menemani Arina yang tengah berteriak. Muka dan mata Arina terlihat merah. Dia berbaring di lantai. Tangannya sebentar-sebentar mengepal lalu membuka lagi.

Sudah tiga orang yang dimintai tolong untuk mengobati Arina, tapi semuanya gagal. Saat pertama kali Arina kerasukan setelah pulang sekolah, Mbok Minah dengan inisiatif sendiri menghubungi Pak Risman, satpam kompleks yang rumahnya di balik tembok kompleks perumahan. Pak Risman orang yang ramah dan supel. Seluruh penghuni perumahan Cikolong Indah mengenal Pak Risman. Selain itu, Pak Risman pun dikenal taat beribadah.

Saat itu Pak Risman dengan sigap menghampiri Arina. Dia membacakan beberapa ayat suci Al-Qur’an yang dihafalnya. Ada perlawanan sengit dari setan yang ada di dalam tubuh Arina. Tapi nampaknya setan itu lebih kuat. Bahkan rupanya ada lebih dari satu makhluk halus yang menggerayangi tubuh Arina. Pada akhirnya, setan-setan itu mau keluar setelah Ranti dan Mbok Minah terpaksa mengabuli permintaan mereka: memotong ayam hitam. Mbok Minah harus belanja ke pasar mencari ayam hitam untuk mengabulkan permintaan para setan.

Orang kedua adalah Pak Dadi, teman Pak Risman. Seorang satpam juga, tapi bertugas di kompleks perumahan lain. Pak Dadi diminta atas rekomendasi Pak Risman. Dua hari setelah kerasukan, Arina kembali dikerjai oleh setan. Ketika Mbok Minah meminta pertolongan Pak Risman, segera saja Pak Risman mengajak mbok Minah menemui Pak Dadi. Dan beberapa saat kemudian Pak Dadi yang lulusan pesantren di Sukabumi itu bertarung dengan sengit melawan para setan yang ada di tubuh Arina.

Berhasil. Saat itu setan-setan berhasil pergi. Dan Pak Dadi selanjutnya menjadi andalan keluarga Ibu Ranti untuk menghadapi setan-setan yang mengganggu Arina. Setiap kali Arina kerasukan, Pak Dadi dimintai pertolongan. Sampai-sampai salah satu setan yang masuk ketubuh Arina berkata, “Kamu orang yang alim, Dadi. Kamu orang yang jujur, hafal Al-Qur’an. Kami susah menang melawan kamu.”

Celakanya, setelah dipuji begitu, Pak Dadi dirasuki sifat sombong. Hingga akhirnya Pak Dadi tak pernah lagi bisa mengusir setan yang merasuki tubuh Arina. Para setan itu menjadi kebal dari bacaan Al-Qur’an Pak Dadi. Jalan keluarnya kalau sudah begitu adalah mengikuti permintaan para setan yang aneh-aneh.

Orang ketiga adalah Haji Busthomi. Beliau ‘orang pintar’. Dapat rekomendasi dari teman kantor ibu Rina. Tapi sayang, pertarungan perdana Haji Busthomi mengecewakan. Dia kalah telak. Tak mampu mengusir jin yang bersarang di tubuh Arina.

Hingga suatu hari Pak Peter menawarkan bantuannya pada mbok Minah. Pak Peter tahu ada masalah di rumah Ibu Ranti dari pembantunya, Teh Yanti. Curhatan Mbok Minah disampaikan oleh Teh Yanti kepada Pak Peter. Dan Pak Peter pun menawarkan jasanya mengobati Arina.

Mulanya tidak ditanggapi oleh ibu Ranti. Dia malu aibnya diketahui tetangga. Tapi pada akhirnya, hari ini terpaksa ibu Ranti meminta pertolongan pada Pak Peter.

*****

Pak Peter ada di rumah. Sesaat setelah berkunjung ke rumah tetangga, Mbok Minah mengawal Pak Peter memasuki rumah Ranti. Melihat Pak Peter, Ranti menyapa, “Aduh Pak, syukurlah bapak ada di rumah. Ini anak saya dari tadi gak sadar. Dia meraung-raung gak jelas.”

“Ya… ya… Bu.” Sahut Pak Peter.

“Kata Mbok Minah, Pak Peter bisa mengobati Arina?”

“Ya bisa Bu. Saya ada kenalan yang bisa mengobati Arina. Boleh pinjam teleponnya Bu, untuk menghubungi kenalan saya?”

“Ya silakan Pak.”

Pak Peter menggapai gagang telepon rumah yang terletak di atas sebuah meja yang ditempatkan berdempet dengan dinding rumah. Kemudian ia memencet beberapa nomor. Setelah tersambung, Pak Peter terdengar berbicara serius dengan seseorang di luar sana. Semenit kemudian Pak Peter menutup gagang telepon menyudahi pembicaraan.

“Kira-kira lima menit lagi teman saya datang, Bu. Ada tiga orang. Mereka dari…” Pak Peter menyebutkan sebuah tempat ibadah.

“Oh, iya Pak. Mudah-mudahan lancar perjalanannya.”

“Kita berdoa saja Bu.”

Pak Peter beragama berbeda dengan Ibu Ranti yang muslim. Pak Peter pun dikenal orang yang taat dengan agamanya. Rutin ia mengunjungi tempat ibadah.

Setelah lima menit lebih berlalu, datanglah tiga orang teman Pak Peter berpenampilan seperti pemuka agama. Pak Peter menghampiri mereka dan kemudian terlibat perbincangan. Lalu ketiga orang itu bersama Pak Peter menghampiri Arina yang tergeletak. Mereka menempelkan tangannya di atas perut Arina, dan serempak berkata, “Atas perlindungan Tuhan, wahai roh yang tidak berhak ada dalam tubuh ini, keluarlah!!!”

Ajaib, Arina segera sadar. Sesaat lalu Arina masih bengong melihat keadaan sekelilingnya. Tubuh dan mukanya basah dibanjiri keringat. Mbok Minah segera memberi minuman segelas air putih pada Arina.

*****

“Terima kasih, bapak-bapak atas bantuannya. Saya tidak menyangka, cepat sekali Arina sadar. Kalau tahu begitu, dari kemarin saya sudah mengontak bapak-bapak semua.” Ujar Ranti menemani Pak Peter dan kawan-kawannya yang hendak pamitan.

“Atas izin Tuhan, Bu. Sepertinya Arina belum sembuh betul. Setan-setan itu kemungkinan besar kembali. Tapi kalau itu terjadi lagi, lekas kontak kami ya.” Ujar salah seorang dari mereka.

“Baik Pak.” Ibu Ranti tersenyum.

“Baiklah, kami pamit dulu.”

“Ya Pak. Terima kasih banyak. Hati-hati di jalan.”

*****

Di tengah ruangan itu ada sebuah boneka jelangkung bertopi jerami berdiri dengan di tangannya diselipkan sebuah kapur. Mepet ke dinding di salah satu sisi ruangan, ada papan tulis berukuran satu kali setengah meter.

Boneka jelangkung itu pernah menjadi alat komunikasi. Tapi itu dulu. Kini sejak ada komputer dengan spesifikasi yang agak tinggi yang diparkir di salah satu sudut ruangan, boneka itu tak lagi terpakai. Komputer itu menggantikan peran boneka jelangkung.

Di depan layar komputer, ada Pak Peter yang sedang serius mengetik. Dia didampingi oleh tiga orang temannya yang baru saja menolong Arina dari kesurupan setan.

“Terima kasih mbah Narjo. Misi kita kali ini sukses.” Begitu yang terpampang di layar, hasil ketikan pak Peter.

Kemudian ajaib, ada tulisan muncul sendiri di layar monitor tanpa diketik oleh Pak Peter, atau pun salah seorang dari temannya. Dan komputer itu pun tidak terhubung dengan internet atau jaringan mana pun. Tulisan itu hadir sendiri. “Ya bagus. Akhirnya misi kita berhasil. Saya sempat takut si Ranti menghubungi lagi si Dadi. Kekuatan Dadi sudah pulih. Dia tak lagi terlihat keras kepala. Bahaya kalau dia yang melawan kita, bisa-bisa kita para setan terbakar lagi.”

“Ya Mbah Narjo, saya berhasil meyakini Mbok Minah.” Ketik Pak Peter. “Masih ada beberapa tahap lagi, Mbah. Ingat, misi kita adalah mengubah agama keluarga Ibu Ranti mengikuti agama kita.”

“Siap! Dua hari lagi saya akan menyerang Arina kembali. Kawan-kawan siap?” Sebuah tulisan secara ghaib muncul.

“Siap Mbah.”


Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Fajar C. Qoharuddien - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger