Oleh : Fajar C. Qoharuddien
“Maha suci
(Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar
Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya
Dia Maha Mendengar, Maha Melihat” (QS. Al-Isra’ [17] : 1)
Sangat mustahil
jika seorang muslim tidak faham kejadian Isra’ Mi’raj, setidaknya pasti pernah
mendengar istilahnya. Di banyak tempat, kaum muslimin memperingati peristiwa
tersebut, terutama dengan pengajian-pengajian. Adalah hal yang baik untuk
mengkaji peristiwa tersebut untuk mengambil ibrah-nya. Yang paling
banyak diangkat biasanya adalah tema seputar shalat. Tema ini sering diangkat
untuk memperingatai peristiwa Isra’ Mi’raj, karena perintah shalat wajib
lima waktu memang turun pada peristiwa Isra’ Mi’raj. Namun, tulisan ini
tidak akan membahas tentang shalat, tetapi tentang salah satu saksi sejarah Isra’
Mi’raj yang mungkin banyak dilupakan : Masjidil Aqsha!
Kemuliaan Masjidil Aqsha
Tidak
bisa diragukan lagi kemuliaan Masjidil Aqsha. Bahkan, Nabi melarang kita untuk ngepenke
ziarah atau melakukan perjalanan kecuali ke tiga masjid, yang salah satunya
adalah Masjidil Aqsha.
“Janganlah
kalian bersusah payah melakukan perjalanan jauh kecuali ke tiga masjid:
Masjidil Haram, masjidku ini (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsha.”
(HR Bukhari dan Muslim)
Salah satu hal
yang menjadi motivasi berziarah ke Masjidil Aqsha adalah bahwa beribadah,
khususnya shalat, di masjid tersebut bernilai pahala lebih. Hadist Nabi saw
menyebutkan :
“Sekali shalat
di Masjidil Haram sama dengan 100.000 shalat. Sekali shalat di Masjidku (di
Madinah) sama dengan 1000 shalat. Sekali shalat di Masjidil Aqhsa sama dengan
500 shalat.” (HR ath-Thabrani dan al-Bazzar)
Tentunya, kalau
Nabi Muhammad saw menyetarakan Masjidil Aqsha dengan Masjidil Haram dan Masjid
Nabawi sebagai tempat yang harus dikunjungi, pasti ada banyak kemuliaan di
sana. Selain menjadi salah satu tujuan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad,
Masjidil Aqsha adalah kiblat pertama ummat Islam ketika melaksanakan shalat,
sebelum kemudian turun perintah untuk memindahkan kiblat shalat ke arah
Masjidil Haram pada tahun kedua Hijriah. Barulah setelah itu hingga sekarang, umat
muslim melaksanakan shalat menghadap ke Masjidil Haram.
Kemuliaan
berikutnya dari Masjidil Aqsha adalah letaknya yang berada di Yerussalem yang
merupakan kota suci para nabi. Terhitung beberapa Nabi diutus di kota ini, di
antaranya Nabi Musa, Harun, Daud, Sulaiman, dan Isa ‘alaihimus salam.
Karena sejarah para nabi itulah, kini Yerussalem menjadi kota suci yang menjadi
rebutan tiga umat agama : Islam, Yahudi, dan Nashrani. Hal ini karena umat
Yahudi meski telah melenceng dari ajaran Taurat yang asli dan umat Nashrani
meski telah melenceng dari ajaran Injil yang asli, mengklaim kota ini sebagai
kota suci mereka. Kondisi inilah, yang kemudian menjadikan nasib Masjidil Aqsha
saat ini merana.
Kondisi Masjidil Aqsha Saat Ini
Ada satu
persepsi yang harus kita luruskan terkait masjid ini. Kita pasti sering melihat
gambar sebuah bangunan dengan kubah emas besar, dan banyak yang menyebut
bangunan tersebut sebagai Masjidil Aqsha. Persepsi ini sengaja dibangun oleh
orang-orang Yahudi yang saat ini menguasai wilayah Yerussalem lewat gerakan
zionisnya untuk mengaburkan pemahaman umat Islam. Jika kita mengenal bangunan
kubah emas tersebut sebagai Masjidil Aqsha, maka sebenarnya itu adalah
pemahaman yang salah. Bangunan berkubah emas tersebut adalah Qubbatus sakhra
atau dalam Bahasa Inggris disebut Dome of The Rock. Bangunan
tersebut adalah bangunan yang terdapat pada halaman kompleks Masjidil Aqsha,
bukan bangunan utama Masjidil Aqsha itu sendiri.
Kita coba buat
perumpamaan begini. Ada sebuah masjid yang indah, kemudian di halaman
kompleksnya ada sebuah taman dengan air mancur di sana. Jika sekelompok orang
merusak bangunan masjid, tentu kita akan marah besar. Tapi jika yang dirusak
adalah air mancur di taman kompleksnya, tentu kemarahan kita tidak sedahsyat
jika yang dirusak adalah bangunan utamanya. Seperti itulah yang sedang
dipropagandakan Yahudi. Mereka membuat kita salah persepsi dengan menyebut Qubbatus
sakhra sebagai Masjidil Aqsha, dan dari berbagai gambar betapa gagahnya
bangunan berkubah emas tersebut, kita simpulkan bahwa Masjidil Aqsha baik-baik
saja.
Faktanya, bangunan
berkubah emas tersebut ibaratnya adalah air mancur di taman kompleks Masjidil
Aqsha. Bangunan Tersebut dibuat pada zaman Khalifah Abdul Malik bin Marwan di
zaman kekuasaan Bani Umayyah. Bangunan utama Masjidil Aqsha saat ini sungguh
merana, tidak seperti Qubbatus Sakhra yang terlihat gagah.
Yahudi mengklaim
bahwa di kompleks Masjidil Aqsha, dahulu berdiri Haikal Sulaiman. Mereka pun
menggali terowongan-terowongan di bawah Masjidil Aqsha dengan alasan untuk
menemukan pondasi bangunan Haikal Sulaiman dan kemudian membangunnya kembali.
Padahal, yang sedang mereka lakukan adalah upaya sistematis untuk membuat
Masjidil Aqsha runtuh. Bayangkan saja, jika ada sebuah bangunan, kemudian di
bawah permukaan tanahnya dilubang-lubangi, pastilah lambat laun bangunan itu
akan runtuh dengan sendirinya. Dan begitulah rencana mereka terhadap Masjidil
Aqsha. Dan pada saat Masjidil Aqsha runtuh, mereka sebarkan foto-foto bohong
yang menyebut Masjidil Aqsha masih utuh berdiri. Padahal, foto-foto itu adalah Qubbatus
Sakhra.
Begitulah makar
besar Yahudi. Di bekas reruntuhan Masjidil Aqsha itu nantinya akan dibangun
sinagog atau kuil Yahudi. Sedangkan di sini, kita mengatakan Masjidil Aqsha
masih tetap berdiri gagah, padahal prasasti agung Isra’ Mi’raj itu telah
musnah dari muka bumi ini. Na’udzu billah min dzalik!
Posting Komentar